sponsor

Senin, 10 Januari 2011

MAKALAH SOSIOLOGI PROBLEMA SOSIAL DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL “BUDAYA KONSUMERISME YANG TERJADI DI MASYARAKAT AKIBAT PERUBAHAN SOSIAL”

Disusun Oleh :

1. Dwi Putri Astuti 44209110056

2. Edith Silyani 44209110068

3. Eva Silvani 44209110044

4. Yuliana Andriyani 44209110032

Fikom – Public Relation

Universitas Mercu Buana

2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema “ Masalah Sosial Dalam Menghadapi Perubahan Sosial” ini dengan baik dan lancar sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Adapun maksud pembuatan makalah ini adalah sebagai bentuk kepedulian kami dalam menyikapi budaya konsumerisme yang terjadi di masyarakat akibat perubahan sosial.

Pada kesempatan ini kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pembuatan makalah ini kami juga merasa masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk dapt memotivasi kami dalm pembuatan makalah yang lebih baik di lain waktu. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 19 Juni 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang 4

I.2 Aspek-aspek yang terkait dengan PR 4

II Permasalahan 7

III Teoritis

III.1 Pengertian Perubahan Sosial 8

III.2 Proses Perubahan Sosial 10

III.3 Faktor Pendorong Perubahan 10

III.4 Perspektif Perubahan Sosial 12

III.5 Dampak / Akibat Perubahan Sosial 13

IV Pembahasan 16

V Kesimpulan dan Saran 22

Daftar Pustaka 26

I.PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

a.Globalisasi Penyebab Perubahan Sosial

Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat memang telah terjadi sejak zaman dahulu. Seiring berjalannya perubahan waktu, sekarang ini perubahan yang terjadi dalam masyarakat berjalan sangat cepat sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya proses prubahan masyarakat beserta dengan kebudayaannya dari hal-hal yang bersifat tradisional ke modern yang sering disebut dengan istilah modernisasi.Serta akibat dari Globalisasi yaitu penyeragaman budaya bagi seluruh masyarakat dunia.

proses globaliasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi yang sering online setiap saat dan dapat di jangkau dengan biaya yang relative murah. sebagai akibatnya adalah masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan satu sistem budaya yang sama.

Karena ketidaksiapan manusia-manusia tersebut dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya menimbulkan adanya problema sosial.

b.Problema Sosial yang muncul akibat Globalisasi

1) Munculnya guncangan kebudayaan (cultural shock); guncangan budaya umumnya dialami oleh golongan tua yang terkejut karena melihat adanya perubahan budaya yang dilakukan oleh para generasi muda. Cultural Shock dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya seringkali ditanggapi oleh masyarakat dengan beragam. Bagi masyarakat yang belum siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi maka akan timbul goncangan (shock) dalam kehidupan sosial dan budayanya yang mengakibatkan seorang individu menjadi tertinggal atau frustasi. Kondisi demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu keadaan yang tidak seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan. Contoh: di era globalisasi ini unsur-unsur budaya asing seperti pola pergaulan hedonis (memuja kemewahan), pola hidup konsumtif sudah menjadi pola pergaulan dan gaya hidup para remaja kita. Bagi individu atau remaja yang tidak siap dan tidak dapat menyesuaikan pada pola pergaulan tersebut, mereka akan menarik diri dari pergaulan atau bahkan ada yang frustasi sehingga menimbulkan tindakan bunuh diri atau perilaku penyimpangan yang lain.

2) Munculnya ketimpangan kebudayaan (cultural lag); kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan berkembang sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya perkembangan teknologi, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang berkembang seperti Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan ini diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang berdisiplin tinggi. Contoh: Akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengkonversi bahan bakar minyak menjadi gas dengan cara mensosialisasikan tabung gas ke masyarakat. Namun berhubung sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan dan keamanan penggunaan tabung gas maka masyarakat kebayakan menolak konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya ketertinggalan budaya (cultural lag) oleh sebagian masyarakat terhadap perubahan budaya dan perkembangan kemajuan teknologi.

3) Adanya penurunan kualitas Moral(demoralisme)

4) Meningkatnya sikap Egoisme dan materialistic.

5) Timbulnya budaya Konsumerisme.

I.2 ASPEK-ASPEK PERUBAHAN SOSIAL YANG TERKAIT

DENGAN PUBLIC RELATIONS

Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat sangat erat kaitannya dalam dengan ilmu komunikasi. Perubahan sosial budaya misalnya dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.

Sebagai sesorang PR (Public Relations) kita harus mampu memberikan atau menyampaikan komunikasi / informasi yang baik kepada masyarakakat mengenai hal-hal yang terkait dengan masuknya budaya- budaya asing yang dapat memberikan dampak terhadap perubahan sosial.

PR juga harus memiliki perencanaan sosial (social planning) yang pada dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern.

Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah memasuki tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi. Dengan cepat, teknik dan jasa telekomunikasi yang memanfaatkan spektrum frekuensi radio dan satelit ini telah berkembang menjadi jaringan yang sangat luas dan menjadi vital dalam berbagai aspek kehidupan dan keselamatan bangsa-bangsa di dunia. Pemanfaatan jasa satelit tidak semata-mata untuk usaha hiburan, namun berkembang secara meluas dan digunakan dalam teknologi pertelevisian, komunikasi, komputer, analisis cuaca, hingga penggunaan untuk survei sumber daya alam.

Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan suatu gejala yang akan selalu ada dalam masyarakat, karena masyarakat selalu berubah dalam aspek terkecil sekalipun. Perubahan sosial maupun perubahan budaya sebenarnya dua konsep yang berbeda tetapi saling berkaitan satu sama lain, di mana perubahan sosial mengacu pada perubahan struktur sosial dan hubungan sosial di masyarakat sedangkan perubahan budaya mengacu pada perubahan segi budaya di masyarakat. Tetapi perubahan pada hubungan sosial akan menimbulkan pula perubahan pada aspek nilai dan norma yang merupakan bagian dari perubahan budaya.

Terdapat berbagai teori yang dapat menjelaskan fenomena perubahan sosial di masyarakat. Tetapi semua teori itu sebenarnya saling mengisi satu sama lain, merupakan perbaikan ataupun juga memberikan sumbangan yang berarti dalam memahami fenomena perubahan sosial.

Perubahan sosial dapat terjadi karena sebab internal maupun eksternal. Faktor internal berkaitan dengan permasalahan yang timbul dalam diri masyarakat, sedangkan faktor eksternal mengacu pada sumber perubahan yang berasal dari luar masyarakat.


II.PERMASALAHAN

Modernisasi dan globalisasi sebagai suatu perkembangan baru memunculkan pengaruh-pengaruh yang menguntungkan maupun merugikan.Pengaruh merugikan inilah yang selanjutnya menimbulkan problema sosial di masyarakat.

Dalam makalah ini kami akan fokuskan pada satu problema atau permasalahan yang terjadi di masyarakat, yaitu Budaya Konsumerisme.Disini akan dibahas factor pembentuk konsumerisme serta dampaknya.Juga mengenai banyaknya pembangunan – pembangunan Mal di Ibukota dan daerah – daerah lain yang berimbas pada munculnya budaya konsumerisme dalam masyarakat kita saat ini.

III. TEORITIS

Sebelum masuk pada pembahasan dari permasalahan sosial, terlebih dahulu kami akan menjabarkan secara teori mengenai pengertian, faktor-faktor dan dampak dari perubahan sosial.

III.1 PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela akan dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem-sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem-sistem sosial yang baru. Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek berikut, yaitu: perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan perubahan budaya materi.

Menurut para ahli, perubahan sosial memiliki definisi sebagai berikut.

o Kingsley Davis mengatakan bahwa Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

o Mac Iver mengatakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.

o William F. Ogburn mengemukakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.

o Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru (inovasi) dalam masyarakat.

o Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalamnya, nila-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana yang kemudian mempengaruhi segi struktur masyarakat lainnya.

Menurut Soekanto (1990), penyebab perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Menurut Soerjono Soekanto problema atau masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

Problem atau masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses perubahan sosial. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

o Menurut Alvin Betrand: awal dari proses perubahan sosial adalah komunikasi yaitu penyampaian ide, gagasan, nilai, kepercayaan, keyakinan dsb, dari satu pihak ke pihak lainnya sehingga dicapai kata kesepahaman.

o Menurut David Mc Clelland: dorongan untuk perubahan adalah adanya hasrat meraih prestasi ( need for achievement) yang melanda masyarakat

III. 2 PROSES PERUBAHAN SOSIAL

Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap berurutan :

1. Invensi, yaitu proses dimana ide-ide baru diciptakan dan

dikembangkan;

2. Difusi, yaitu proses dimana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke

dalam sistem sosial; dan

3. Konsekwensi, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat. Karena itu perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial.

III.3. FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN

Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Menurut Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial, yaitu:

1. Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.

Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu akan memperkaya kebudayaan yang ada.

2. Sistem pendidikan formal yang maju.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak.

3. Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.

Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri

4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.

Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.

5. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.

Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

6. Penduduk yang heterogen.

Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.

7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu

Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya.

8. Orientasi ke masa depan

Kondisi yang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

9. Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan

hidup.

Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.

III.4. PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

Pengelompokkan teori perubahan sosial telah dilakukan oleh Strasser dan Randall. Perubahan sosial dapat dilihat dari empat teori, yaitu teori kemunculan diktator dan demokrasi, teori perilaku kolektif, teori inkonsistensi status dan analisis organisasi sebagai subsistem sosial.

Perspektif

Penjelasan Tentang Perubahan

Barrington Moore, teori kemunculan diktator dan demokrasi

Teori ini didasarkan pada pengamatan panjang tentang sejarah pada beberapa negara yang telah mengalami transformasi dari basis ekonomi agraria menuju basis ekonomi industri.

Teori perilaku kolektif

Teori dilandasi pemikiran Moore namun lebih menekankan pada proses perubahan daripada sumber perubahan sosial.

Teori inkonsistensi status

Teori ini merupakan representasi dari teori psikologi sosial. Pada teori ini, individu dipandang sebagai suatu bentuk ketidakkonsistenan antara status individu dan grop dengan aktivitas atau sikap yang didasarkan pada perubahan.

Analisis organisasi sebagai subsistem sosial

Alasan kemunculan teori ini adalah anggapan bahwa organisasi terutama birokrasi dan organisasi tingkat lanjut yang kompleks dipandang sebagai hasil transformasi sosial yang muncul pada masyarakat modern. Pada sisi lain, organisasi meningkatkan hambatan antara sistem sosial dan sistem interaksi.

Modernisasi dan Globalisasi dapat memberikan dampak terhadap Budaya Indonesia, suatu kemajuan akan menghasilkan dampak positif dan negatif. Hal ini harus dapat kalian sadari betul agar dapat meminimalkan dampak negatif yang merugikan serta memaksimalkan dampak positif yang menguntungkan.

III. 5 DAMPAK / AKIBAT DARI GLOBALISASI

a . Akibat Positif Globalisasi

1) Semakin dipercayanya kebudayaan Indonesia; dengan adanya internet, kalian bisa mengetahui kebudayaan-kebudayaan bangsa lain, sehingga dapat dibandingkan ragam kebudayaan antarnegara, bahkan dapat terjadi adanya akulturasi budaya yang akan semakin memperkaya kebudayaan bangsa. Dengan memperbandingkan itu pula kalian dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan budaya Indonesia bila dibandingkan dengan kebudayaan bangsa-bangsa lain.

2) Ragam kebudayaan dan kekayaan alam negara Indonesia lebih dikenal dunia; dulu mungkin masyarakat Eropa hanya mengenal Bali sebagai objek wisata di Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, masyarakat Eropa mulai mengenal keindahan alam Danau Toba di Sumatra Utara, panorama Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara, keaslian alam Perairan Raja Ampat di Papua, kelembutan tari Bedoyo Ketawang dari Solo (Jawa Tengah), keanggunan tari Persembahan dari Sumatra Barat, atau kemeriahan tari Perang dari suku Nias di Sumatra Utara.

IV. PEMBAHASAN

A,Budaya Konsumerisme

Keadaan masyarakat yang sekarang ini semakin berubah seiring perkembangan zaman dimana pengaruh dari budaya konsumerisme yang terjadi di masyarakat dengan adanya perubahan pola pikir dimana masyarakat sekarang terpengaruh adanya budaya yang berkembang sehingga sebuah substansi yang ada terkalahkan oleh budaya yang ada sebuah substansi yang seharusnya merupakan tujuan awal dan utama terkalahkan dengan adanya dominasi budaya yang berkembang di masyarakat. Budaya merupakan hasil dari proses sosial yang dilakukan manusia tetapi pada kenyataan sekarang ini budaya yang ada menjadi pembentuk diri manusia. Batasan tipis antara kebutuhan dan keinginan yang menjadikan pemikiran masyarakat sekarang ini lebih kearah keinginan dan budaya atau mode yang sedang berkembang, proses konsumsi dari masyarakat sekarang ini tidak tergantung pada substansi kebutuhan tetapi adanya pelekatan mode serta buadaya yang sedang berkembang dalam masyarakat.

Adanya kelas dalam masyarakat juga dapat dijadikan perkembangan dalam adanya budaya konsumerisme, adanya kelas sosial memberikan dampak budaya yang seharusnya ada dalam masing-masing kelas sehingga pelekatan fashion serta mode yang ada haruslah sesuai dengan budaya yang berkembang pada masing-masing kelas, sehingga masyarakat kelas atas ketika mereka membeli barang haruslah ber-merk dan mempunyai kelas sesuai kelasnya. Serta masyarakat yang berada pada kelas yang lain yang ingin dimasukkan dalam kelasnya haruslah mengikuti budaya pada kelas yang diinginkan.

Peran media yang merupakan sarana pengkodean merupakan hal yang menjadikan budaya konsumerisme dapat berkembang, karena adanya iklan yang berkembang pada masyarakat yang menjadikan orang tidak berfikir secara rasional kebutuhan tetapi berdasarkan penerimaan pengkodean yang telah ter-frame dalam pikiran yang diungkapkan sebagai budaya yang ada dalam masyarakat.

Dampak Konsumerisme

1.Hidup Boros dan Enggan untuk Berbagi

Suatu hari, saya pernah mendengar cerita dari seorang petugas geladak kapal pesiar mewah yang beroperasi di Hawaii. Ia berujar begini, “tahu tidak! Orang-orang barat itu serakah dan suka membuang-buang makanan..! di kapal Pesiar, mereka masing-masing memesan makanan sampai satu meja penuh. Lalu, makanan tersebut tidak dimakan semuanya, tapi Cuma dicuil-cuil satu persatu.. sisanya.. dibuang kelaut!!”. Menanggapi ceritanya itu, saya langsung menanggapi, “ooh.. pantas orang-orang di Afrika kekurangan makanan.. rupanya makanan yang mereka cari-cari itu terpung-apung di lautan pasifik!”. Kapitalisme dan konsumerisme tidak pernah peduli pada siapa yang dapat bagian dan siapa yang tidak.

Di televisi dan di acara-acara otomotif, kita sering melihat anak-anak muda menghabiskan uang jajan dari orang tuanya untuk melengkapi perlengkapan Multimedia untuk mobil mewahnya – dan tidak lupa Airbrush jika mereka mulai bosan dengan warna mobilnya! Semua itu bisa menghabiskan berjuta-juta. Padahal, disisi lain, ada banyak orang yang untuk makan saja sudah sulit. Konsumerisme membuat korbannya menjadi hidup sedemikian boros dan enggan untuk berbagi.

2.Uniformitas dan Alienasi

Dampak yang paling menyeramkan – bagi saya – adalah Uniformitas dan alienasi. Unformitas diambil dari kata uniform yang berarti seragam, sedang uniformitas itu sendiri adalah membuat suatu kelompok entah itu masyarakat lokal atau komunitas internasional menjadi sama atau seragam. Nah, akibat ada penyeragman atau uniformitas inilah kemudian, mereka yang tidak sama atau menolak untuk menjadi sama menjadi teralienasi dan dianggap asing dari suatu kelompok. Konsumerisme secara tidak langsung membuat pola yang kemudian akan mendorong kita pada uniformitas. Bahkan fenomena unformitas ini sudah terjadi.

Handphone atau Hp misalnya, dulu ketika Hp belum ada atau belum umum, tanpa benda itu rasanya hidup kita baik-baik saja. Tapi sekarang, di kota seperti Jogjakarta ini, tidak mungkin rasanya untuk tidak memiliki Hp. Uniformitas tidak terjadi begitu saja, ada prosesnya. Misal dalam satu kota hidup 1000 anggota masyarakat. Pada awalnya hanya 250 orang saja yang memiliki Hp di kota tersebut, Hp belum umum dan mereka yang tidak memiliki Hp masih baik-baik saja dan tidak merasa aneh. Namun pemasaran Hp semakin agresif. Pemilik Hp berkembang menjadi 850 orang, jadilah 150 orang yang tidak memilik Hp merasa aneh dan ketinggalan zaman, rikiplik! Terjadi alienasi. Akhirnya mereka yang 150 itu, terpaksa memasukkan Hp sebagai daftar kebutuhan baru..! tadaaa!! Terjadilah unformitas!

V KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN :

1.Gejala perubahan sosial dalam hal ini adalah Globalisasi budaya masyarakat Indonesia cenderung kearah negative.Ini dapat dilihat dari timbulnya berbagai macam problema social yang akhir-akhir ini sudah terjadi di lingkungan kita ,termasuk salah satunya adalah konsumerisme.

2.Bangsa Indonesia harus beranjak dari posisi sebagai konsumen menjadi produsen.Diperlukan strategi untuk mengkaji kembali secara dinamis nilai-nilai budaya bangsa yang dapat digunakan sebagai alat untuk menghadapi tantangan masa depan. Patut pula untuk disadari bahwa terdapat kendala-kendala yang membutuhkan kecermatan yang mendalam dalam proses pewarisan nilai itu.

3.Perkembangan budaya konsumerisme menguntungkan para pemilik modal dan memanfaatkan masyarakat yang menjadi objek. Peran kita sebagai generasi muda seharusnya mempunyai pikiran kritis untuk menyadari adanya hal ini dan menentang budaya tersebut karena hanya merugikan bagi kita, serta jangan sampai kita menjadi orang (agen) yang mendukung dan mengembangkan hal tersebut. Budaya konsumerisme telah menjadikan mahasiswa lupa dengan posisi mereka sebagai intelektual dan menjadikan mereka agen yang terjebak dalam posisi tersebut.”Budaya merupakan bentukan manusia dan dapat dirubah oleh manusia, kesadaran kritis dan proses transformasi sosial dapat dilakukan untuk merubah keadaan menjadi lebih baik”

SARAN

Masyarakat harus bersikap positif dalam menunjukkan bentuk penerimaan terhadap arus modernisasi dan globalisasi, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan zaman.

2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi. Kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita

3) Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku.

4) Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-unsur budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu negara yang modern dan maju, namun tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

* Anna Yulia Hartati, Staf Pengajar FISIP Universitas Wahid Hasyim Semarang Illustrasi Barma

* Wikipedia

* http://sosial-budaya.blogspot.com/

* Gumgum Gumilar S.Sos., M.Si / Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom

sumber : http://kuliahnyaevaa.blogspot.com/2010/11/makalah-sosiologi-problema-sosial-dalam.html

5 komentar:

Sponsor

sponsor